2 menit waktu baca

Tidak Ada Ipang di Neverland

Tidak Ada Ipang di Neverland
Sumber Gambar Geet Images

Beberapa hari ini, saya memutar berulang-ulang lagu yang dinyanyikan oleh Ipang, vocalis BIP, yang berjudul Egomu. Pay yang mengaransemen musiknya sehingga lebih bertenaga. Lagu itu diciptakan oleh Dewiq. Pengarang lagu yang banyak menghasilkan banyak hits. Awal mulanya, lagu itu diciptakan untuk grup band Kotak. Saya mengetahui itu dari satu postingan di Youtube. Di postingan itu, Dewiq menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan. Sama seperti ketika dia menyanyikan lagu Pelan-pelan Saja.

Bagi saya yang tumbuh di masa remaja ketika music rock masih memiliki tempat di atas panggung musik Indonesia, mendengar cara Ipang dan Pay membawakan lagu itu tentu saja menggembirakan. Bisa jadi, sebagaimana sepak bola, kita memiliki kecendrungan untuk mengidolakan penyanyi atau grup band ketika di usia remaja. Saat kegembiraan hidup membuncah, maka yang ada adalah musik, olahraga, dan hobi-hobi yang lain.

Kalau saya berjumpa dengan teman dari masa SMP, kami selalu berbicara tentang apa yang datang dari masa lalu, entah itu lagu, penyanyi, dan olahragawan. Misalnya saja ketika membicarakan Pay, maka yang diingat dia sebagai gitaris Slank formasi 13. Begitu juga untuk Bongky dan Indra. Agak sulit, bagi saya atau juga yang lain, melepaskan tiga nama itu dari Slank. Sama seperti sulitnya untuk menikmati cara Abdee atau Ridho ketika mengiringi Kaka membawakan lagu-lagu dari Slank formasi 13 itu.

Tapi anehnya, ketika ada beberapa kali, dalam show BIP, Ipang membawa lagu dari Slank formasi 13, tidak ada perasaan yang kuat untuk menolak itu. Padahal suara Ipank tidak segahar Kaka. Mungkin bisa jadi karena dia diiringi oleh Paya, Indra, dan Bongky. Jadi, kalaupun dia membawa lagu Terlalu Manis, Mawar Merah, Maafkan, atau Suit..Suit He… he sepertinya akan disambut dengan ramah bagi orang seperti saya, yang tumbuh dengan ingatan Slank di masa lalu itu.

Masa lalu itu memang akan selalu mengikuti ke mana pun kaki melangkah. Bahkan  ketika setiap orang memiliki masa lalu yang tidak selalu sama. Ada yang beruntung; ada juga yang tidak. Dunia memang selalu berjalan seperti itu. Selalu ada orang yang mujur dalam hidupnya, begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu, ada orang yang selalu bertumpu di masa lalu, karena terlalu takut menghadapi masa depan.

Tumbuh besar, lalu meninggalkan masa kecil, seperti kiamat kecil baginya. Tumbuh besar adalah masa depannya. Sedang selalu menjadi anak kecil atau remaja adalah masa lalu yang diinginkan selalu tanpa ada perubahan sama sekali. Seperti kisah Peter Pan yang tidak pernah tumbuh besar. Dia dan teman-temannya selalu hidup sebagai kanak-kanak di sebuah pulau yang Bernama Neverland. Hanya ada satu orang yang selalu menjadi pengganggu mereka, Captain Hook.

Captain Hook seperti masa depan yang suram. Namun, tetap terus berada di Neverland sama juga memilih hidup dalam fantasi. Seperti fantasi, kita selalu merasa ada kedamaian di sana.

Komentar Facebook
Kuy, berbagi...

0%